Tuesday, October 30, 2012

di(CINTA)i & men(CINTA)i

"Lebih baik dicintai, daripada mencintai”

Entah darimana ungkapan itu lahir. Banyak orang berkata seperti itu. Banyak yang setuju dan banyak juga yang memilih untuk tidak mempercayainya.

Aku ? Aku termasuk orang yang (awalnya) tidak mempercayainya. Bagiku, mencintai orang yang aku cintai rasanya sudah cukup indah. Tentu saja, yang paling sempurna adalah saling mencintai satu sama lain. Tapi jika harus memilih, rasanya aku rela jika harus mencintai tanpa dicintai.

Melihat orang yang aku cintai bahagia, aku sudah cukup bahagia. Mendengar orang yang aku cintai selalu dalam cita, duka pun tak akan menghampiriku. Dan jika orang yang aku cintai bersedih, mungkin aku orang pertama yang tak akan rela. Gila ? Tidak juga. Namanya saja cinta. Tak ada yang tak gila di dalamnya, iya kan ? :’)

Tapi, sudah kubilang kan, itu awalnya. Itu dulu. Dulu. Sebelum aku bisa benar-benar merasakan perbedaan antara dicintai dan mencintai.
Pelakunya adalah kamu. Iya, kamu. Lagi-lagi, kamu. Entah sudah berapa post di blog ini yang isinya tentang kamu. Entah kamu sendiri pun menyadarinya atau tidak. Aku tak perduli, itu tak penting, lagi :’)

Perlu kuingatkan bagaimana kau mengenalkanku pada yang namanya cinta ? Perlu aku ceritakan detik-detik saat dewi cinta menancapkan panahnya di hatiku saat kau mulai mendekatiku ? Rasanya tak perlu, semua sudah tak penting lagi, kan ?


Intinya, aku mulai mengenal cinta di dirimu saat kita mulai dekat. Iya, saat kau mulai mendekatiku. Saat aku mulai sering menangkap basah dirimu yang sedang menatapku. Saat kau menyodorkan ponselmu dan berkata “Masukin nomermu dong di kontakku”. Saat pesan singkatmu mulai sering tiba dengan indahnya di ponselku. Saat kau mulai sering bertanya tentang hariku. Saat kau mulai sering mengajakku berjalan bersama. Saat kau mulai sering mengajakku bicara panjang lebar via telepon, walau dengan alasan “Mau ngabisin bonus nelpon nih”. Saat kau mulai memperhatikan solatku, makanku, hingga hal kecil lainnya. Saat namamu selalu ada di pikiranku sebelum ku terlelap di tiap malamnya. Saat semua itu terjadi. Saat aku tak sadar ternyata dewi cinta sudah terlalu dalam menancapkan panahnya di hatiku.

Sayangnya, dewi cinta tak adil bagiku saat itu. Ia hanya menancapkan panahnya dalam-dalam pada hatiku saja, tidak dengan hatimu :’)

Semuanya berjalan tidak lama. Kau kembali mengalihkan duniamu. Pada seseorang yang mungkin sempat kau acuhkan sementara. Aku pun kembali sibuk (atau menyibukkan diri tepatnya) dengan hal-hal kecil hanya demi menghilangkan bayanganmu di pikiranku. Saat itu, satu-satunya hal yang tak ingin kudengar adalah kabar tentangmu.

Waktu terus berjalan. Dewi cinta masih tetap pada pendiriannya. Ia tak mau mencabut panahnya di hatiku. Padahal, ia tentu saja sudah mencabut panahnya dari hatimu. Iya kan ? Hahaha atau mungkin aku yang tak ingin melepaskan panah itu ya ? Entahlah, sudah kubilang kan, cinta itu gila :’D

Perlahan, panah dewi cinta itu berubah menjadi sebuah perasaan yang baru kurasakan. Aku tetap menyukaimu. Dengan berbagai kepribadianmu yang menurutku ‘idaman’. Tanpa kusadar, aku tetap menyukaimu, diam-diam. Iya, diam-diam.

Kau pasti tak sadar akan hal itu. Kujamin itu. Aku juga yakin kau tak akan pernah sadar. Bahkan saat kau baca post ini, mungkin kau belum juga menyadarinya. Tak apa. Kali ini, rasaku untukmu hanyalah sebatas ‘mencintaimu’ dan tak mengharapakan untuk ‘dicintai’. Bukan seperti dulu lagi.

Dan saat-saat inilah saat dimana aku tidak mempercayai ungkapan di awal tadi. Bagiku, mencintaimu, dalam diam, tanpa mengharap dicintai, itu sudah cukup indah.

Tapi, aku salah. Hari ini. Ya tepat hari ini, aku baru sadar ternyata mencintai tak lebih dari sekedar menjatuhkan harga diri...

Aku pernah merasakan berada di dua posisi tersebut. Dicintai seseorang. Dan mencintai seseorang. Dan setelah sekian lama, aku baru sadar, ternyata dicintai memang jauh lebih baik daripada sekedar mencintai.

Dengarkan aku, ini bedanya :

Saat kau sedang dalam suasana hati tidak baik, seseorang yang mencintaimu akan mendekatimu dan bertanya apa yang terjadi. Bertanya dengan tenang dan tatapan yang dalam. Tapi dia yang kau cintai, dia sadar akan hal itu pun sudah sangat baik :’)

Saat kau tak tampil dengan sempurna di depan khalayak, seseorang yang mencintaimu akan tetap memandangmu sambil tersenyum, dan berkata pelan padamu bahwa semua akan baik-baik saja. Tapi dia yang kau cintai, mungkin akan memalingkan wajahnya darimu, dan lebih jauh lagi bisa saja dia termasuk salah satu orang yang akan mengkritik atau menertawaimu :’)

Saat kau bersama dengan orang yang mencintaimu, kau pasti tak akan sungkan untuk bersikap, karena seperti apapun sikapmu, dia pasti akan tetap tersenyum padamu dan menerimamu sebagaimana dirimu. Tapi dia yang kau cintai, akan membuatmu salah tingkah, berpura-pura, bertingkah layaknya bukan dirimu yang sebenarnya, karena dia pasti akan menuntutmu ini dan itu, dan tanpa kau sadari kau akan menjadi orang lain di sampingnya :’)

Saat kau bersama dengan orang yang mencintaimu, kau akan merasakan suatu rasa yang berharga mahal. Kenyamanan. Ini imbas karena kau tak perlu menjadi orang lain dihadapannya. Tapi pada dia yang kau cintai, mungkin kau hanya akan berakting layaknya pendongeng di atas panggung. Memainkan mimik-mimik sandiwara seolah kau nyaman, padahal tidak. Sama sekali :’)

Daaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan masih banyak lagi yang mungkin tak akan sanggup aku tuliskan disini :’)

Semua yang aku tulis di atas adalah pengalaman nyata yang selama ini aku rasakan. Namun aku pendam, dan aku sanggah begitu saja, karena aku begitu mencintaimu :’)
Tapi tidak dengan hari ini. 29 Oktober 2012. Rasanya semuanya sudah cukup bagiku. Pudar. Atau bahkan, hilang. Sampai disini.

Dengan senyum palsumu, kau isyaratkan padaku bahwa sesungguhnya kau benci berada di sampingku. Bahwa sebenarnya kau tak ingin bersinggungan denganku lagi. Kau kira aku tak paham ? Maaf, tapi aku tidak sebodoh yang kau pikir :’)

Sekarang kau tak perlu lagi bersembunyi di balik senyummu itu. Tak perlu lagi berpura-pura nyaman karena sesungguhnya aku pun tak pernah merasa nyaman (lagi) berada di dekatmu. Tak perlu kau khawatir lagi, karena aku sudah sadar. Aku sudah paham. Aku sudah tau dengan jelas, dan tak perlu kau perjelas lagi :’)

Akhirnya aku hanya bisa berterima kasih. Padamu, untuk masa indah yang (sempat) kau berikan untukku. Untuk membuatku tersadar betul akan bedanya mencintai dan dicintai. Dan akhirnya aku memilih untuk berhenti mencintaimu :’)

Juga terima kasih untuk orang(s) yang sudah menghabiskan sedikit waktunya untukku. Yang sudah menyisakan sedikit pojok hatinya untuk mencintaiku. Dan yang sudah setia di sampingku, walau ku tak pernah meng-iya-kan harapannya. Namun kau tetap disini, hingga kini. Itu juara :’)

Dan, aku akan belajar menerapkan ungkapan di awal tadi, dalam hidupku. Kau benar, semua orang benar, dicintai memang lebih baik daripada mencintai...
Setidaknya, sampai tiba waktu dimana kita (aku dan dia yang mencintaiku) akan saling mencintai, satu sama lain... Suatu hari nanti. Mungkin :’)


22:53
29 Oktober 2012
Aku berhenti untukmu. Sampai disini.

No comments:

Post a Comment