Tuesday, May 27, 2014
Terima Kasih
Rasanya belum genap jemari ini menghitung hari-hari kau menemaniku.
Rasanya baru semalam kita larut hingga tengah malam menertawakan hal-hal sederhana.
Rasanya baru pagi ini aku membuka mata dan menemukan namamu dalam ingatanku.
Rasanya baru saja aku sadari ternyata kau berhasil membuatku jatuh cinta lagi, hal yang sulit terjadi sekian lama ini, dengan caramu menyajikan tawa dan senyum itu di malam dan pagi ku.
Dan kita harus mengakhirinya. Saat ini juga?
Aku bukan wanita yang mudah jatuh cinta. Asal kau tau, saat kau mulai hadir, aku sekuat tenaga membangun tembok raksasa agar segala yang kau lakukan itu tidak membuatku jatuh dan mencinta. Sekuat tenaga aku bersikeras untuk tidak terbuai oleh apapun yang kau lakukan. Aku bertekad untuk tidak jatuh hati padamu. Entah mengapa. Aku hanya merasa, aku tak ingin.
Hingga kau tetap berada di balik tembok itu. Entah hanya perasaanku saja atau apalah yang sebenarnya terjadi, tapi aku rasa kau memang tidak mundur selangkah pun dari balik tembok itu, bukan? Hingga aku harus menyadari. Tembok yang kubangun itu tidaklah cukup kuat untuk menahan apa yang mulai kau rajut dalam hatiku.
Aku sudah lama tidak bertemu dengan orang yang mampu membuatku tertawa seperti caramu. Seseorang yang mampu kuingat setiap detail canda yang kau hadirkan, bahkan hingga mampu kuulang berkali-kali. Aku bahkan sempat meyakinkan diriku, ternyata hanya butuh canda untuk menumbuhkan yang namanya cinta. Semua tetek-bengek yang dulu selalu menghantui setiap kubertemu dengan orang baru. Itu hilang sekejap saja. Ketika aku bertemu dengan orang yang mampu menumbuhkan rasa itu. Nyaman. Ia mampu megalahkan segalanya.
Tapi kau benar. Harusnya aku juga memikirkannya seperti kau mengkhawatirkannya kini. Kau benar. Aku pun tak ingin dihantui rasa bersalah seumur hidup, jika harus menyakiti hati yang bahkan telah menyerahkan diri sejak lama. Kau benar. Harusnya aku lebih bijaksana untuk tidak bersamamu.
Mungkin memang aku yang salah. Terlalu cepat begitu saja membiarkan tembok yang susah payah kubangun itu untuk hancur berantakan. Terlalu cepat untuk begitu saja mempercayai perasaan ini. Entahlah, mungkin aku hanya terlalu bahagia saat ada orang yang benar-benar bisa membuatku tertawa lagi, sepertimu. Hehehe. Tapi ini benar, aku tidak berlebihan. Harusnya kau ada disini, saat aku tidak bisa berhenti tertawa sambil menekan tuts-tuts keyboard hp-ku untuk membalas pesanmu. Kau juga harusnya ada, saat aku begitu sumringahnya membaca ulang tawa-tawa yang kau hadirkan dalam setiap kalimat obrolan kita. Harusnya kau lihat, bagaimana aku menahan rasa ingin bertemu ini, setiap kali kau bercerita kau ingin menemuiku. Caramu. Aku jatuh cinta pada caramu. Ya, jatuh cinta terlalu cepat, mungkin lebih tepat.
Lain kali, mungkin lebih baik untuk bertanya pada hatimu terlebih dahulu, sebelum kau mulai melangkah, walau hanya sejengkal langkah kecil. Lain kali, mungkin lebih baik, kau yakinkan dulu segenap hatimu, sebelum kau mulai meyakinkan hati lain yang tak akan pernah kau duga akan bagaimana responnya. Lain kali, jika kau rasa kau tidak bisa, tak perlu dipaksa, mundur jauh lebih baik, mengurungkan niat jauh lebih bijaksana. Daripada kau harus menemukan hati itu sudah terlanjur nyaman padamu, dan malah kau tinggalkan. Hingga enggan kau bertanggung jawab. Belajar lah akan hal ini.
Terima kasih. Untuk waktu singkat namun berarti yang kau hadirkan beberapa saat ini. Untuk canda dan tawa yang bahkan tak pernah ku sangka dapat kau bawa dalam hari-hariku. Untuk kesetiaanmu menanyakan keberadaanku di setiap pesan singkatmu. Untuk egomu yang seperti anak 5 tahun itu, ketika aku membiarkan pesanmu tak terbaca tanpa balasan. Untuk keragu-raguanmu sehingga kini aku sadar akan banyak hal. Untuk rasamu yang mungkin tidak besar yang kau jadikan acuan untuk mulai hadir dalam hariku. Untuk caramu yang akan selalu aku sukai.
Tenang. Aku tidak selemah wanita kebanyakan. Asam garam hidup, aku hapal itu semua. Mereka juga pasti setuju, aku lebih tangguh dari yang kau pikir. Terlebih lagi, aku yakin, ini mungkin jawaban Tuhan untuk setiap doa yang kupanjat tiap malam tentang aku dan kamu. Jadi, aku akan baik-baik saja. Pasti :)
Ah iya. Satu lagi.
Terima kasih, karenamu aku percaya, ternyata tidak mustahil untukku jatuh cinta lagi. Terima kasih, sampai jumpa :D
Menulis semua ini disini, bukan berarti saya lemah.
Saya suka menulis.
Jadi, ia akan menjadi peraduan nomer satu yang saya temui, akan hal apapun yang terjadi pada saya.
Jangan pikir saya kalah! :p
23 Mei 2014 23:58
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment