Disanjung. Dituruti semua inginnya. Dilimpahkan berjuta kasih dan sayang. Dipenuhi semua harapannya. Diberi apa-apa yang bahkan tidak sempat terpikirkan olehnya. Tidak pernah kesepian, karena ada yang selalu setia menemani. Tidak pernah merasa sendiri, karena ada yang tidak akan meninggalkan. Tidak pernah kekurangan kasih sayang, karena ada yang akan selalu mencintai. Tidak pernah merasa kurang perhatian, karena ada yang akan selalu siap perduli. Semua akan lebih dari cukup, untuk seorang putri. Kurang apa lagi?
He treats me like i'm princess. No. Rasanya ini gak lebay. Apapun yang lu minta, dia pasti mau nurutin, atau seengganya bakal jadi pertimbangan dan gak langsung dimentahkan. Kemanapun tempat yang lu tuju, dia pasti mau mengikuti, atau minimal akan dia tolak dengan halus dengan alasan yang memang tepat. Apa aja yang lu katakan, dia akan mengamini, perselisihan gak akan jadi rutinitas antara kalian. Dia akan dengan senang hati mengalah. Asal lu bahagia. Asal lu tetap bersamanya. Correct me if i'm wrong about that, hehe.
Sayangnya, tidak semua putri dijamin bahagia, walau dengan segalanya yang ia dapatkan...
Memiliki seseorang yang rela melakukan apapun buat lu itu pasti bikin bahagia. Coba pergi ke belahan dunia lain, atau coba tunggu sampai roda waktu berputar ke 5 atau 10 tahun ke depan, belum tentu kita dikasih kesempatan buat ketemu sama orang yang bisa memperlakukan kita sedemikian rupa, yang sayang, banget, sampe setia di tempatnya untuk waktu yang cukup lama. Belum tentu. Mungkin hanya 1 dari sekian puluh. Bisa ketemu sama orang yang tetep nungguin balesan pesan lu, walau udah lu cuekin berkali-kali dalam satu hari, dan gak bosen kirim lagi dan lagi cuma buat dapetin balesan pesan dari lu, itu mungkin gak bakal lu temuin tiap lu melangkah jauh. Bisa ketemu sama orang yang tetep ngajak lu jalan kesana kemari padahal udah lu jutekin ampun-ampunan, cuma buat 'mencoba' menarik simpati lu lagi, itu juga langka. Bisa ketemu sama orang yang selalu memperhatikan lu, walau dari jauh, padahal cara jalan lu aja amit-amit anehnya minta ampun, bahkan lu sendiri gak suka cara jalan lu yang aneh, itu sumpah gak tau bakal bisa lu temuin lagi atau engga orang kaya dia. Bisa ketemu sama orang yang tetep siap dengerin lu ngoceh padahal suara lu minta ampun cemprengnya, berisik, dan seluruh dunia tau lu itu bawel cerewet, itu mungkin butuh usaha untuk nemuin yang kaya dia lagi. Bisa ketemu sama orang yang selalu muji lu dengan kata-kata yang mungkin cuma buat narik perhatian lu doang, atau sekedar pengen bikin lu tersenyum malu, padahal lu lagi dalam keadaan lecek kumel dekil lusuh jelek buruk rupa cacat, itu gak bakal lu temuin dalam waktu singkat. Bahagia. Harusnya mereka yang memiliki orang yang seperti itu dalam hidupnya, gak perlu mikir dua kali untuk nolak kehadiran orang itu.
Tapi semua menjadi berat. Ketika lu sendiri gak bisa memperlakukan atau setidaknya punya rasa sebesar yang dia punya buat lu. Beban...
Rasanya kaya lu udah nerima sejuta kebaikan dari orang yang sama, tapi apa yang lu berikan ke dia itu gak pernah cukup sampai sejuta. Rasanya kaya lu punya utang yang gak pernah bisa kebayar, karena apa yang lu coba kembalikan padanya bukanlah apa yang ia inginkan. Rasanya kaya jadi orang jahat. Apalagi kalau dia terus mencoba..
Bukan hak lu juga sih untuk menghentikan usaha orang lain. Tapi, semakin dia maju, mencoba, atau apalah alasannya untuk tetap melangkah, itu semakin memberatkan diri lu buat mengambil sikap. Serba salah. Cuma bakal bikin diri lu jadi orang jahat beneran...
Itu yang gue rasa.
Tidak semua putri dijamin bahagia, walau dengan segalanya yang ia dapatkan...
Untuk bisa benar-benar didefinisikan sebagai cinta, ia butuh dua orang yang sama-sama bekerja. Sama-sama memberi. Sama-sama mencinta. Hingga sama-sama membenci. Itu kenapa gue pernah bilang, cinta itu perihal sama-sama mendaki sampai ke puncak, bukan salah satu yang turun untuk menjemput, atau salah satu yang mengejar karena tertinggal.
Percayalah. Di dunia ini, akan ada setidaknya satu orang saja, yang akan melakukannya persis seperti yang orang-orang katakan itu. Jangan memaksakan kehendak jika memang bukan jalannya. Jangan pura-pura tidak tau bagaimana ini akan berakhir. Jangan sakiti diri sendiri, karena kau harus tau, ia pun tidak akan pernah tega untuk menyakitimu. Jangan paksa ia untuk jadi orang jahat, lagi.
Kenapa tidak coba biarkan takdir yang memainkannya untuk kita? Bertemu kembali, di suatu tempat yang baru, di suatu saat nanti. Nanti. Bukan sekarang. Karena sekarang......... Kau pasti tau akhir kalimat ini.
"Dicintai oleh seseorang, tetapi kamu tidak bisa mencintai orang itu. Itu tidak indah."
Surat Untuk Ruth, halaman 97
No comments:
Post a Comment